Pada persimpangan itu
Di mana aku berhenti dan terlihat
Seorang tua dengan becanya
Tangan kemas memegang
Kaki gagah menongkat
Saat semua motokar laju menghambat
Si tua terkial-kial mengayuh beca-nya
Memaksa urat-urat tua menekan pedal
Supaya tiada tertinggal
Tiada menyusahkan yang lain
Agaknya bagaimana hidupnya hari ini
Keluar mencari rezeki pada fajar menjelma
Dan kembali pulang setelah fajar menyising
Berapa duitkah si tua bawa pulang
Demi berapa mulutkah yang perlu bersuap?
Dan aku yang masih di persimpangan
Sedang enak mendengar lagu
Juga mendinginkan tubuh
Di dalam sebuah kotak yang dinamakan kereta
Sedangkan si tua itu sedang berpanas
Entah berapa keringat yang telah dia tumpahkan
Demi sesuap nasi anak-anak dan isteri
Aku tiada daya membantu
Selain doa supaya si tua selamat tiba di rumah
Merasa sejuk dada tatkala isteri menyambutnya pulang
Merasa bahagia bila anak-anak tidur kekenyangan
Semoga sahaja akan ada lagi pagi esok
Untuk si tua dan becanya mencari rezeki
Semoga sahaja panas mentari
Menambahkan keberkatan rezeki si tua.
p/s: melihatkan si tua itu, membuatkan penulis terkenangkan arwah datuknya yang telah lama pulang ke Rahmatullah. Al-Fatihah.